ASWAJADEWATA.COM
Islam sebagai agama tidak pernah membuat penganutnya merasakan penderitaan. Hanya orang-orang yang tidak taat saja yang merasa gelisah dan menderita. Mereka menjebak dirinya dalam kesulitan, keresahan dan penderitaan. Padahal agama sudah memberi jalan dan ruang yang penuh dengan keceriaan, kenikmatan, ketenangan, bahkan ‘kepuasan’.
Tidak heran jika Gus Baha’ menyampaikan “Agama itu dimulai dari kesenangan, happy, farah kalau dalam bahasa Arab” Karena Agama sendiri adalah jalan dan ruang yang indah penuh kedamaian. Maka memulainya tentu dengan kesenangan, sebab orang yang beragama melangkah di jalan kemudian masuk di ruang yang terang oleh cahaya kebahagiaan.
Lebih tegas Gus Baha menghaturkan ayat,
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah, Wahai Muhammad, dengan fadhal Allah, anugerah Allah dan rahmat Allah. Kemudian dengan itu kamu harus senang. Sehingga dengan senang kepada Allah dan Rasul itu nikmatnya masyaallah“.
Siapa yang tidak menginginkan anuegrah dan berharap rahmat Allah? Siapapun pasti menunggu ini semua. Karena ketika seorang hamba mendapatkan anugerah dan merasakan rahmat Allah, dia akan mendapatkan kenikmatan yang tiada tara. Apalagi sampai larut dalam kesenangan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sungguh tidak ada apapun yang bisa menandinginya.
Dawuh Gus Baha’ “Andaikan senang itu bisa ditakar, orang yang sedang tahajjud, menangisi dosanya. Itu senengnya jika dibandingkan dengan orang yang sedang dugem, mesti kalah, mesti senengan sedang tahajjud. Karena orang-orang maksiat itu sebenarnya orang-orang yang susah”
Ya, sungguh senang tiada kata yang sanggup menjelaskannya, jika seseorang sudah menemukan manisnya beribadah kepada Allah. Dan tidak ada orang yang merasa, kesenangan yang didapatkan dari kemaksiatan menjadi kesenangan yang membuat dirinya bahagia, justru dia gelisah dan susah. Sungguh berbeda antara kesenangan yang dirasakan dari ketaatan dan kemaksiatan.
Gus Baha’ menggambarkan orang yang shalat tahajjud, “Sementara orang yang tahajjud senengnya sangat terasa dan terus diingat. Semisal tadi malam bagaimana menangisi dosa, menangisi nasib. Kemudian menjadi tenang karena kembali ingat kepada Allah dan Rasul. Itu luar biasa senengnya”
Alhasil, kunci mendapatkan kesenangan beribadah adalah dimulai dengan rasa senang. Jika sudah dimulai dengan kesenangan, ibadah pun menjadi nyaman dilaksanakan. Kemudian berbuah menjadi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Inilah yang dilakukan oleh para ulama kita.
Karena para ulama sangat mengerti bahwa agama itu adalah jalan kesenangan, maka memulainya harus dengan rasa senang sehingga merasakan manisnya beribadah. Berbeda dengan orang yang melakukan ibadah karena merasa beban atau sekedar menggugurkan kewajiban. Sehingga bukan dengan rasa kesenangan untuk memulai beribadah, melainkan karena keterpaksaan. Mana bisa orang yang dalam keterpaksaan dan tak ada rasa senang akan merasakan kesenangan. Untuk merasakan senang harus diawali dengan senag juga.
Sama juga seseorang yang menyampaikan dakwah agama. Ketika ia berdakwah dengan main klaim salah sana sini, ditambah dengan kata yang tidak pantas alias umpatan caci maki, bisa saja dia memulai dakwah agama berdasarkan kebencian bukan kesenangan. Na’udzubillah.
Disarikan dari ngaji bareng Gus Baha pada link video https://www.youtube.com/watch?v=xj0WuVOLA10
Semoga kita bisa meneladani orang-orang saleh! (Gus tama)