ASWAJADEWATA.COM
Gus Baha’ yang biasa dipanggil orang-orang kota, anak-anak kuliyahan, dosen bahkan para profesor dengan sapaan Pak Baha’ ini, juga dikenal sebagai pembela orang biasa, bahkan orang terpinggirkan.
“Kata beliau, jangan terlalu membesar-besarkan hal yg berpotensi membuat orang biasa jadi susah menjalankan syariat Islam.
“Hindarilah omongan seperti misalnya saat Ramadlan, ‘Rugi, Ramadlan hanya setahun sekali kok gak shalat tarawih di masjid berjamaah.’ Itu namanya tak menghargai perasaan orang biasa”.
“Di luar sana itu, ada satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari yang mungkin menangis di dalam hati. Mereka juga ingin tarawih, tapi mereka sedang bekerja.”
“Tarawih itu sunnah. Sementara mencari nafkah itu wajib. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang utama. Dan dalam riwayat jelas sekali, Kanjeng Nabi itu sangat mencintai shalat tarawih, tapi sengaja meninggalkannya setelah beberapa hari shalat, supaya tarawih tidak dianggap sebagai ibadah wajib.”
Bahkan dalam hal shalat wajib, Gus Baha mewanti-wanti betul agar imam shalat jangan terlalu lama membaca bacaan shalat. Kanjeng Nabi, menurut Gus Baha’, sangat suka shalat. Suatu saat ketika mengimami shalat, beliau mendengar bayi menangis
Kanjeng Nabi memutuskan untuk mempercepat shalatnya. Khawatir ibu dari bayi yang jadi makmumnya.
Suatu saat, Gus Baha’ disowani oleh kiai yang menggerutu karena jamaahnya tak bertambah.
Sambil tertawa Gus Baha’ menjawab, “Lho orang yang tidak datang, jangan-jangan sudah hebat.”
“Kok bisa, Gus?”
“Kamu kan mengajarkan supaya orang berbuat baik kepada keluarganya. Mungkin orang yg tidak mengaji itu sedang mempraktekkan ajaran itu. Dia makan bakso dengan keluarganya.”
“Kamu kan mengajarkan supaya orang mencari nafkah halal. Nah, orang yang tidak datang itu jangan-jangan sedang bekerja mencari nafkah yg halal untuk kehidupan keluarganya.”
Kiai itu terdiam. “Masak sih, Gus?”
“Lho kamu itu dikasih tahu kok gak percaya. Makanya, jadi kiai itu yang bijak. Kiai itu penyangga umat banyak. Kalau mau bikin kajian, ya jangan saat orang bekerja. Jangan sampai orang-orang berpikir bahwa Islam itu hadir sebagai masalah.” (Puthut EA/KyaiKu.Com)