ASWAJADEWATA.COM- Syaikh Nadhr bin AbdullahRahmatullah ‘alaih bercerita, “Pada waktu hidupnya Sayyidina Anas Radhiyallahu ‘anhu, tiba-tiba siang menjadi gelap. Segera aku menjumpai Sayyidina Anas Radhiyallahu ‘anhud an bertanya kepadanya, “Apakah kejadian seperti ini pernah terjadi pada zaman Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam?” Jawabnya, “Na’udzubillah, jika angin bertiup sedikit kencang pada zaman Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, kami segera pergi ke masjid karena takut akan terjadi Kiamat.” Sayyidina Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu juga bercerita, “Jika terjadi angin ribut, biasanya Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam akan merasa takut dan segera pergi ke masjid.” (Kitab Fadhailul A’mal Karya Syaikh Hadits Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi )
Hikmah
Dari kisah di atas dapat kita petik beberapa poin hikmah untuk kita renungkan dan teladani:
Pertama, bahwa bencana alam juga pernah terjadi di zaman Rasulullah. Sehingga tidak lantas serta merta bencana alam yang terjadi saat ini semata ulah perbuatan atau kelakuan manusia. Tetapi lebih kepada ujian untuk mengingatkan kepada manusia agar kembali ke jalan Allah, bukan sebagai azab belaka.
Kedua, karena sebagai ujian bagi manusia, maka untuk menghadapi bencana yang akan terjadi atau telah terjadi, solusi utama adalah tetap ingat kepada Allah. Karena dari Allah dan kepada Allah manusia kembali. Carang dengan banyak berdzikir dan meningkatkan ibadah kepada Allah.
Ketiga, dan karena sebagai ujian, maka kita tidak boleh menyalahkan atau menuduh orang lain menjadi sebab bencana yang terjadi. Semisal mengatakan, “bencana ini terjadi karena perbuatan si A atau kelompok ini atau itu”. Tuduhan atau menyalahkan, apalagi menfitnah bukan menjadi solusi saat terjadinya bencana, justru saling menyalahkan dan menfitnah akan membuat kita lupa kepada Allah, karena sibuk menghujat. Seharusnya, kembalikan kepada Allah dengan cara beribadah.
Kontributor: Mamluatul Hasanah (Mahasiswi STAI Denpasar Bali)