ASWAJADEWATA.COM |
Oleh: Muhammad Ihyaul Fikro
13 Tahun sudah KH. Abdurahman Wahid berpulang. Kerinduan terhadap sosok dan perjuangan Gus Dur makin menguat, semua karena sumbangsihnya dalam melindungi kaum minoritas.
Kerinduan ini bisa dipahami, karena selama hayatnya Gus Dur senantiasa mencurahkan tenaga dan fikirannya untuk semua golongan tanpa membedakan kelompok mayoritas atau minoritas. Gus Dur tidak pernah gentar membela hak-hak kelompok minoritas.
Sumbangsih terbesar Gus Dur terhadap bangsa ini adalah perjuangannya dalam mengusung pluralisme. Berbagai ancaman yang selalu menghantui Gus Dur, juga berbagai tuduhan yang selalu bertebaran, tidak pernah menyurutkan semangatnya untuk menyuarakan pluralisme keseluruh penjuru negeri.
Komitmen Gus Dur dalam perjuangannya melewati ujian tidaklah mudah, salah satunya saat terjadi kerusuhan entoreligius pada tahun 1995-1997 di Jawa Timur dan Jawa Barat, daerah basis Nahdlatul Ulama (NU). Tujuan dari kerusuhan ini tiada lain untuk mendiskreditkan Gus Dur bahwa visi Islam toleran yang diusungnya gagal. Merespons kejadian tersebut pada tahun 1997-1998 Gus Dus mengajak aktivis muda NU mencegah teror lebih lanjut dengan mengorganisasikan patroli keamanan di gereja dan toko Tionghoa.
Bagi Gus Dur, keberagaman adalah rahmat yang telah digariskan Allah. Menolak kemajemukan sama halnya mengingkari pemberian Ilahi.
Perbedaan merupakan kodrat manusia, sehingga Gus Dur cenderung memandang perbedaan sebagai pemberian dan sebatas pilihan. Oleh karena itu Gus Dur optimis bahwa keberagaman akan membawa kemaslahatan bangsa, bukan memecah bangsa. Maka dari itu Gus Dur menyusun statemen ini dengan tiga nilai universal untuk menghadirkan pluralisme sebagai agen kemaslahatan bangsa, yaitu: kebebasan, keadilan, dan musyawarah.
Maka dari itu mari kita jaga keberagaman ini dengan selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusian, agar tercipta suatu kedamaian dalam bernegara. Dan untuk mengenang jasa Gus dur mari kita hadiahkan do’a sesuai dengan keyakinan kita masing-masing. Al-fatihah…..