Menilik Kisah Perjalanan PKPNU Bali Hingga Bisa Cetak Ribuan Kader

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh: Rifkil Halim

Sekitar bulan November 2013, K.H. Abdul Mun’im, meminta saya secara pribadi untuk berangkat ke Jakarta guna mengikuti Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) Angkatan VIII yang dilaksanakan oleh PBNU.

Bertolak dari Jembrana menuju Jakarta menggunakan bus, saya tiba di kantor PBNU pada hari Rabu, 20 November 2013.

Dari kantor PBNU ini lalu semua peserta diantar oleh panita menuju tempat pelaksanaan PKPNU di Rengasdengklok. Acara dibuka oleh Prof. Dr. K.H. Agil Siradj (Ketua Umum PBNU ketika itu) dengan didampingi jajaran pengurus teras PBNU baik Syuriah maupun Tanfidziyah.

Di tempat yang jauh dari pemukiman penduduk ini, saya bersama peserta lain dari seluruh provinsi di Indonesia dididik selama tujuh hari, dari 20 hingga 27 November 2013. Seluruh kader yang telah berbai’at diberi amanat untuk melaksanakan PKPNU di daerah masing-masing dengan syarat dilaksanakan secara mandiri, tidak boleh membuat proposal kepada pihak manapun di luar NU !.

Problem besar yang saya hadapi untuk melaksanakan tugas kaderisasi ketika itu adalah; pertama, saya bukan pengurus PCNU, sementara pelaksanaan PKPNU harus dibawah naungan organisasi struktural NU. Kedua, kader PKPNU di provinsi Bali ketika itu masih saya sendiri sehingga tidak punya cukup teman untuk mengemban amanat tersebut. Ketiga, dibutuhkan dana cukup besar untuk melaksanakannya karena harus mendatangkan instruktur nasional PKPNU (waktu itu belum ada Instruktur Wilayah).

Ketiga persoalan inilah yang membuat PKPNU selama lima tahun sejak itu terlambat masuk ke provinsi Bali. Sementara aturan main dalam PKPNU ketika itu, daerah yang akan melaksanakan PKPNU sebelumnya harus sudah memiliki kader PKPNU Angkatan Rengasdengklok.

Baru pada bulan Juni tahun 2018, saya mendapat pesan dari Bapak Amir Ma’ruf (Saat ini menjabat koordinator PD-PKPNU di PP Lakpesdam PBNU) yang ingin mengkonfirmasi apakah saya kenal dengan saudara Sihabuddin asal Jembrana. Ketika itu saya memberikan konfirmasi bahwa sahabat Sihabuddin adalah teman seperjuangan saya ketika masih sama-sama berkhidmat di Lakpesdam PCNU Jembrana.

Tiga hari setelah saya menerima pesan tersebut, sahabat Sihabuddin berkunjung ke rumah saya, menyampaikan keinginannya untuk melaksanakan PKPNU di Jembrana, ia siap mencari pesertanya, bersama-sama mencari pendanaannya dan membantu menjadi panitianya.

Ketika itu saya berfikir, mencarikan peserta mungkin, tapi mencari dana sepertinya lebih sulit, apalagi menjadi panitia. Bagaimana mungkin peserta menjadi panitia sementara mereka harus ada dalam ruangan selama PKPNU.

Karena beberapa pertimbangan tersebut, akhirnya saya memilih Pondok Pesantren Nurul Ikhlas Banyubiru, Jembrana, asuhan Dr. K.H. Fathur Rahim untuk menjadi tempat pelaksanaan PKPNU pertama di Bali ini. Pilihan tersebut karena pertimbangan pesantren ini memiliki fasilitas ruangan dan lapangan yang memadai untuk pelaksanaan PKPNU. Dan yang paling penting pengasuhnya adalah paman saya yang santrinya bisa diminta bantuan sebagai panitia yang siap bekerja sama selama 24 jam dalam sehari.

Untuk makan peserta selama pelaksanaan, PKPNU dibantu oleh ibu-ibu Muslimat NU Jembrana, sedangkan untuk urusan transportasi dan akomodasi instruktur saya tanggung bersama sahabat Sihab dan Jangki Dausat.

Alhamdulillah pada tanggal 27-29 Juli 2018, pelaksanaan PKPNU perdana tersebut berhasil dilaksanakan dengan 34 peserta yang berasal dari kabupaten Jembrana, Buleleng dan Tabanan. Bertugas sebagai instruktur dalam pelaksanaan PKPNU ketika itu adalah K.H. Abdul Mun’im DZ, K.H. Adnan Anwar dan Bapak Amir Makruf dari tim nasional PBNU, serta dua rombongan Instruktur Wilayah Jawa Timur yang dikomandoi oleh K.H. Ubaidillah As’ad dan Kyai Bisri Musthofa (keduanya asal banyuwangi).

Karena terbatasnya dana dari panitia, Instruktur nasional hanya dibelikan tiket pesawat, sementara Instruktur Wilayah Jawa Timur tidak diberikan apa-apa kecuali ucapan Jazakumullah Ahsanal Jaza’. Semoga perjuangan dan pengorbanan seluruh instruktur, baik instruktur nasional maupun instruktur wilayah Jawa Timur itu dicatat sebagai amal jariyah oleh Allah SWT, amin.

Pada bulan Februari tahun 2019, saya menerima telpon dari KH. Abdul Mun’im, DZ (Instruktur Nasional PKPNU) untuk mencari beberapa kader PKPNU Bali yang potensial untuk mengikuti Pendidikan Instruktur Wilayah (PIW) Angkatan III selama tiga hari (6-10 Maret 2019) di Pondok Pesantren K.H. Bisri Syansuri, Denanyar, Jombang. Dengan biaya infaq Rp. 500.000/peserta.

Setelah mengontak beberapa kader yang siap bertugas menjadi Instruktur, maka saya pun berangkat bersama sahabat Sihabuddin, sahabat Janki Dausat dan sahabat Abdul Karim Abraham (saat ini ketua PC Anshor Buleleng) untuk mengikuti PIW tersebut.

7 Maret 2019, kami berangkat mengendarai mobil sahabat Sihabuddin yang kerap bergoyang-goyang tertiup kerasnya angin di sepanjang ruas jalan tol Pasuruan. Bersama para kyai dan ustadz dari seluruh provinsi Indonesia yang menjadi peserta PIW ini kami dibai’at untuk siap melaksanakan tugas sebagai instruktur PKPNU dalam situasi dan kondisi apa pun juga.

Sejak saat itu provinsi Bali pun akhirnya memiliki Instruktur Wilayah sebagaimana halnya provinsi-provinsi lain di Indonesia, Insturktur Wilayah dengan rata-rata usia paling muda pada pelaksanaan PIW saat itu.

Setelah resmi mendapatkan Ijazah instruktur, Sahabat Sihabuddin menjadi instruktur yang paling gencar datang ke seluruh kabupaten di Bali untuk menyosialisasikan dan memompa semangat kader-kader PKPNU untuk menyelenggarakan PKPNU di daerah masing-masing, Janki Dausat menjadi pengatur dan penanggungjawab persoalan administasi dan keuangan di setiap kali pelaksanaan PKPNU, Abdul Karim Abraham menjadi perencana dan penanggungjawab kelas yang piawai dalam mengelola acara demi acara PKPNU. Sementara saya sendiri hanya menghubungi instruktur nasional maupun wilayah serta mengurus surat tugas dari PP Lakpesdam PBNU untuk memastikan setiap pelaksanaan PKPNU di Bali berjalan lancar dan absah sesuai dengan peraturan organisasi dan juklak serta juknis pelaksanaan PKPNU.

Walaupun sudah memiliki instruktur sendiri, PKPNU di provinsi Bali tidak pernah berjalan sendirian. Kami memilih terus bergandengan tangan dengan Instruktur Wilayah Jatim asal Banyuwangi untuk mendampingi seluruh proses kaderisasi di Bali hingga saat ini. Dengan soliditas rekan-rekan Instruktur dan kompaknya kader-kader PKPNU Bali ini, pelaksanaan PKPNU berikutnya menjadi lebih mudah. Seluruh kader PKPNU menginisiasi pelaksanaan PKPNU dengan PCNU masing-masing sebagai pelaksana sekaligus penanggungjawabnya.

foto: dok. PKPNU Bali

Terhitung selama lima tahun perjalanan PKPNU di Bali (2018-2023), seluruh PCNU di seluruh kabupaten dan kota di provinsi Bali (kecuali kabupaten Bangli)sudah pernah melaksanakan PKPNU. Saat ini angka kader di provinsi Bali mencapai ±1395 kader yang tersebar di seluruh kabupaten di provinsi Bali tanpa terkecuali.

Mengapa PKPNU mencetak kader begitu cepat dan solid?

Setidaknya ada tiga faktor mengapa PKPNU begitu cepat berkembang dan kader-kadernya sangat solid. Walau jika mau ikut PKPNU harus bayar. Pertama, materi yang disampaikan dalam kaderisasi PKPNU pada hakikatnya adalah pesan dari para muassis dan ulama’ NU sehingga mampu menggetarkan hati para peserta PKPNU.

Kedua, sistem kaderisasi terpimpin PKPNU membuat kader-kader loyal terhadap para pemimpin NU di setiap jenjang organisasi NU sekaligus memiliki solidaritas yang tinggi sesama kader dan peduli terhadap warga Nahdliyin.

Ketiga, keikhlasan instruktur Nasional hingga Instruktur Wilayah dalam mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan finansial mereka menjadi model bagi kader-kader dalam bergerak menghidupkan organsiasi NU.

Apakah manfaat adanya PKPNU?

PKPNU berangkat dari semangat mencetak kader yang mampu menggerakkan organisasi NU sesuai dengan visi dan misi organisasi. Sebagaimana tertera dalam Muqaddimah Qonun Asasi K.H. Hasyim Asy’ari dan dalam menggerakkannya harus di atas kemandirian organisasi. Sehingga kerja kader tidak boleh keluar dari tujuan ini.

Oleh sebab itu, manfaat yang dirasakan saat ini dari PKPNU adalah;

Pertama, strukturisasi NU. Sejak PKPNU masuk di Bali, kini banyak desa, kelurahan atau kecamatan yang sebelumnya tidak memiliki PR NU (Pengurus Ranting NU) maupaun MWC NU (Majelis Wakil Cabang NU) kini sudah terbentuk, demikian pula dengan Lajnah-lajnah maupun Banom-banom NU lainnya sebagai wujud khidmat kader dalam menggerakkan dan membesarkan NU.

Kedua, revitalisasi organisai dengan menghidupkan kegiatan NU. Banyak organsasi NU dan banom-banom NU yang semula tidak terdengar gaungnya, setelah PKPNU kini aktif melaksanakan kegiatan baik yang sifatnya layanan peribadatan seperti Lailatul Ijtima’ maupun kerja-kerja sosial seperti memberikan bantuan kepada fakir miskin dan mereka yang tertimpa bencana alam di bawah organisasi dan banom NU.

Ketiga, melawan kelompok ideologi yang membahayakan NU dan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Setelah PKPNU, kader-kader NU lebih peka terhadap kelompok-kelompok dan atau ideologi-ideologi yang membahayakan NU dan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Sehingga mereka cepat tanggap dan terjun menghalau perkembangan dan ancaman kelompok dan ideologi tersebut di berbagai medan juang, baik di dunia maya (internet dan medsos), maupun di medan juang sebenarnya (di tengah-tengah masyarakat).

Keempat, kader PKPNU juga turut aktif dalam mengembangkan potensi ekonomi Nahdliyyin dengan membuat jaringan dan pelatihan di sektor perikanan, pertanian, bisnis serta kerjasama di bidang ekonomi warga Nahdliyyin di provinsi Bali.

Apakah motivasi sebagai Instruktur PKPNU?

Sebagai Instruktur PKPNU, saya berharap seluruh kader untuk terus bergerak, mengabdi dengan tulus bersama Nahdlatul Ulama, menjaga keutuhan NKRI dan membela ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah.

Dalam bergerak, jangan sesekali melakukannya sendiri tanpa restu dan arahan dari Ulama. Karena organisasi ini bukan milik kita, tapi milik Ulama. Tanpa Ulama’ dan ilmu mereka, kita bukanlah apa-apa, bukanlah siapa-siapa! Insya Allah dengan menempatkan ulama sebagai nahkoda dari organisasi ini, NU akan bangkit bersama kebangkitan Nahdliyin dalam kehidupan yang penuh berkah.

diunggah oleh:

Picture of Dadie W Prasetyoadi

Dadie W Prasetyoadi

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »