ASWAJADEWATA.COM |
Kisah Israiliyat ialah kisah yang secara turun temurun dikisahkan dari Bani Israil. Kisah Israiliyat ini banyak kita temui menghiasi berbagai khazanah turats.
Pengenalan kisah ini dalam Islam bermula dari banyaknya ahli kitab yang memeluk Islam. Setelah memeluk Islam, mereka mengisahkan kisah-kisah bangsa terdahulu yang berkembang dikalangan ahli kitab.(1)
Akan tetapi banyak kisah-kisah Israiliyyat yang sulit diterima kebenarannya. Mengingat banyak di antaranya yang mengisahkan sesuatu yang ganjil tentang nabi-nabi terdahulu. Semisal kisah Nabi Daud As.
Dikisahkan bahwa beliau suatu ketika sedang membaca Zabur di mihrab, kemudian terbanglah setan yang menyamar jadi burung. Pandangan beliau kemudian mengikuti terbangnya burung tersebut. Secara tak sengaja pandangan beliau jatuh kepada wanita cantik jelita istri dari seseorang bernama Uria. Terbersitlah keinginan menjadikanya sebagai istri.
Keinginan tersebut mendorong beliau mencari cara untuk menyingkirkan Uria. Beliau kemudian mengutus kepada pimpinan perang waktu itu yakni: Ayyub bin Suria, untuk menempatkan Uria pada barisan perang tepat dibelakang tabut.
Barisan perang ini hanya mempunyai dua kemungkinan: hidup atau mati dan haram untuk mengundurkan diri. Satu, dua perang dilewati Uria dengan selamat. Barulah pada perang ketiga, Uria menemui ajalnya. Menikahlah Nabi Daud As. dengan istrinya.(2)
Atau tentang kisah Iblis yang menyamar sebagai istri Nabi Sulaiman As. Atau kisah Nabi Ayyub As. yang digambarkan sakit begitu parah sehingga orang-orang disekitarnya termasuk istrinya enggan mendekat kepadanya.
Kisah-kisah di atas, yang sudah begitu jamak terdengar dikalangan kita begitu terasa ganjil. Hal ini disebabkan kisah tersebut menimbulkan konotasi negatif pada diri utusan. Padahal sebagaimana kita tahu pada akidah dasar:
وجائز في حقهم من عرض * بغير نقص كخفيف المرض
“Diperbolehkan (secara hukum akal) pada diri utusan sifat manusiawi yang tidak menyebabkan kekurangan, sebagaimana sakit yang ringan.”(3)
Penulis: M. Bagus Fatihuridho | Lirboyo
Referensi :
(1) Ibnu Khaldun,Muqadddimah,339 (Dar Al kotob Al Ilmiyah)
(2) As-Senori,Abi Fadhol,Durr Al Farid,220 (Maktabah Al Anwariyyah)
(3) Marzuki,Ahmad,Mandzumah Aqidatul Awwam