ASWAJADEWATA.COM
Hari Raya Nyepi di Bali, memang benar-benar sepi. Suasana yang biasanya ramai dengan hiruk pikuk perkotaan, menjadi sepi dan sunyi. Saat mentari mulai merangkak di ufuk timur, semuanya menjadi hening. Tidak ada suara bergemuruh mengisi ruang dan waktu.
Setiap aktifitas terutama aktifitas yang dilakukan di luar rumah, semuanya diliburkan. Perkantoran, mall, pertokoan, pasar, lembaga pendidikan, dan semua yang menjadi tempat kerja orang-orang sementara ditutup. Semua kegiatan apapun ditiadakan di Hari Raya Nyepi.
Prinsipnya tidak ada aktifitas di luar rumah. Semua orang berdiam di rumah masing-masing, atau sebagian ada yang memilih keluar dari pulau Bali, dijadikan kesempatan berlibur atau bersilaturrahim dengan keluarga di luar Bali.
Dan sangat lebih terasa sepi dan sunyi setelah matahari terbenam. Seluruh wilayah Pulau Seribu Pura ini seolah ditelan kegelapan malam, karena tidak ada cahaya lampu yang hidup memancar, memang benar-benar sepi dalam gelap. Demikianlah kondisi Bali saat merayakan Hari Raya Nyepi.
Kini, ketika Covid-19 melanda umat manusia, ternyata nyepi itu menjadi kebutuhan kita semua. Sebagaimana ajaran Hari Raya Nyepi, saat ini kita dihimbau agar tidak keluar rumah, tidak melakukan kegiatan atau katifitas apapun di luar rumah. Apalagi membuat keramaian dengan berkumpul banyak orang.
Nyepi benar-benar menjadi obat mencegah penularan Covid-19. Bahkan bagi daerah yang sudah termasuk zona merah, dilarang keluar rumah. Wajib berdiam diri di rumah masing-masing. Umat manusia saat ini berlindung dari penularan Covid-19 dengan cara Nyepi.
(Gus Tama)