ASWAJADEWATA.COM |
Proses perubahan alam terlihat mengikuti pergeseran prilaku manusia dalam keseharian saat pandemi melanda dunia. Mungkin sudah pernah dibuktikan dalam berbagai penelitian bahwa alam ber-evolusi sejalan tuntutan peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan, disebabkan eksplorasi alam oleh umat manusia seiring perubahan zaman.
pemanfaatan energi alam secara besar besaran entah sudah berapa abad dimulai. Dari minyak bumi hingga panas bumi, dengan cara ‘menganiaya’ eksistensi alam. Semua itu dilakukan atas nama kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjawab segala keinginan manusiawi yang tak berbatas.
Sejak COVID-19 muncul dan menjangkiti ratusan ribu umat manusia, ditemukan cara paling efektif untuk menghindarinya dari angka statistik dan kajian medis yaitu mengurangi interaksi langsung dengan sesama serta kegiatan di luar ruangan (isolasi).
Hari berlanjut, lalu lintas kendaraan transportasi berkurang, aktifitas industri merendah, dan akhirnya tingkat polusi di seluruh dunia anjlok ke titik terendah. Alam pun perlahan tersenyum kembali. Langit membiru, sinar mentari yang sebelumnya dihindari kini diburu keberadaannya sebagai perlindungan alami. Manusia pun perlahan mulai tersadar dari kesombongannya.
Terlihat selama ini manusia seakan lupa bahwa bumi bukan hanya sekedar tempat berpijak, tapi juga sahabat terdekat mereka. Sahabat yang selalu menemani, melindungi, tanpa pernah meminta pamrih. Alam menjalankan tugasnya sebagai teman yang selalu siap melayani manusia sebagai makhluk mulia yang ditunjuk sebagai khalifah di muka Bumi. Tentunya Khalifah yang melindungi semua makhluk lainnya, bukan yang senantiasa dzhalim dan merusaknya.
Penulis: Dadie W. Prasetyoadi