Saturday 07th September 2024,

Tafsir Menarik Hadits Setan Dibelenggu di Bulan Ramadhan

Tafsir Menarik Hadits Setan Dibelenggu di Bulan Ramadhan
Share it

ASWAJADEWATA.COM

Hadist yang sangat masyhur, menyatakan bahwa syetan-syetan dibelenggu di bulan Ramadhan. Tapi mengapa masih banyak orang yang melakukan dosa, baik dosa kepada Allah secara langsung maupun tidak langsung, yaitu dosa kepada Allah dengan menyakiti, merugikan, menyusahkan, membahayakan kehidupan manusia lainnya?

Apakah belenggunya kurang kuat sehingga syetan bisa lepas? Atau sesungguhnya yang membuka pintu surga dan membelenggu syetan hakikatnya adalah kita sendiri? Syetan terbelenggu karena kita tidak memberi ruang untuk menggoda, surga terbuka karena kita banyak melakukan kebaikan dan neraka seakan tertutup karena kita mengekang nafsu?

Ada beberapa pendapat ulama menafsirkan hadist itu. Al-Qurthuby dan Ibnu Hajar menyatakan bahwa yang dibelenggu adalah syetan yang top-top, embah embahnya (maradatusy syayathin) . Sementara pion-pion syetan tetap dilepas. Nah yang masih mengganggu yang pionir-pionir ini.

Sedang menurut ulama yang lain, hadist itu menggunakan bahasa metaforis atau dalam ushul fiqih disebut “majas”. Artinya, bukan syetan dibelenggu pakai rantai begitu, (sebab produksi rantai juga butuh pabrik. La mendirikan pabrik rantai disana kan sulit). Melainkan karena orang yang berpuasa mampu menahan diri dan menahan nafsunya, sehingga syetan dengan sendiri nya terbelenggu. Makna kedua ini di isyarahkan oleh teks hadist yg menggunakan redaksi “mabni majhul” (istilah khusus dalam gramatika arab), yaitu redaksi “wa shuffidat”-dibelenggu. Siapa yg membelenggu? Boleh jadi kita sendirilah yang membelenggunya.

Apapun tafsirannya, sesungguhnya ada satu lagi penggoda dahsyat manusia melebihi godaan syetan, yaitu “Hawa Nafsu”.

Apa Hawa Nafsu? Secara bahasa “hawa” bermakna “keinginan-syahwat” dan “nafsu” bermakna “diri sendiri”. Hawa Nafsu adalah keinginan diri sendiri. Mengikuti hawa nafsu artinya memperturutkan keinginannya sendiri, bukan “keinginan Allah” Atau “keinginan orang banyak”, merasa benar sendiri bukan kebenaran menurut Allah dan kebenaran orang banyak.

Bagaimana membedakan bahwa ini godaan syaithan atau godaan hawa nafsu? Mudah. Dalam kitab “al Minahu as Saniyah” disebutkan: jika kita ingin sekali menyakiti orang lain, dan tidak akan berhenti keinginan itu sebelum menyakitinya, belum puas sebelum melaksanakannya, maka itu adalah godaan Nafsu. Nah jika kita ingin menyakiti orang, tapi kemudian muncul rasa kasihan, namun muncul lagi untuk menyakiti orang yang lain, dan begitu seterusnya, maka ini adalah godaan syaitan. Sebab bagi syaitan ndak penting siapa yang disakiti, yang penting kita “menyakiti”, yang penting berdosa apapun bentuknya dan kepada siapapun.

Contoh lain, jika kita ingin belanja barang tertentu, dan harus membeli barang itu, dan keinginan itu tidak akan pernah berhenti sebelum membeli barang itu, maka itu godaan nafsu. Nah jika kita ingin membeli barang tertentu, tapi kemudian dipikir ndak perlu karena menghabiskan uang, lalu muncul bisikan lain agar barang yang lain saja dan begitu seterusnya, maka pastikan itu godaan Syaitan, karena yang penting bagi syaitan bukan barangnya, yang penting uang kita habis.

Jika kita ingin mengorupsi senialai 50 juta misalnya, dan tidak hilang keinginan sebelum mendapatkannya, maka pastikan itu godaan nafsu. Nah jika jita mau korupsi 50 juta, lalu kita merenung sebaiknya tidak karena merugikan orang banyak, lalu datang pembisik lagi, ndak usah 50 , 30 juta aja, 20 juta aja, 10 jt aja, 5 jt aja, 500 ribu aja, dst, maka pastikan itu godaan syetan. Karena bagi syetan ndak penting jumlahnya, yang penting kita Korupsi.

Demikian-lah bedanya godaan syaithan dan godaan Nafsu. Lebih jelas, silahkan mengaji kitab diatas.

Jadi jika ada bisikan dalam hati kita untuk melakukan dosa atau sesuatu yang sia sia, maka mari kita raba dada kita, kita kenali, siapakah pembisik itu? Syaitan kah? Atau Hawa nafsu? Surat terahir dalam al Qur’an, menyatakan bahwa pembisik itu (al muwaswis) ada dua yaitu jin-syaithan dan “Hawa Nafsu Manusia”. Mengenali dua macam pembisik itu menjadi pintu mengobatinya. (dua obat pembisik itu akan ditulis kemudian, insyaallah)

Sumber: Fb Kiai Imam Nakha’i

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »