ASWAJADEWATA.COM |
Dalam kamus bahasa Arab, Almunawwir, lafadz al-harakah diartikan “gerakan”. Arti ini cukup sederhana dan sepertinya bisa dikatakan sepele. Namun, jika diimplementasikan pada sesuatu, maka akan sangat luar biasa atau super sekali. Semisal ketika ada orang sakit sampai pada kondisi kritis atau koma, semua orang yang menunggu di sampingnya sambil memperhatikan orang yang sakit tersebut. Maka akan sangat merasa lega dan bahagia bagi orang yang menunggu mana kala orang yang kritis itu tiba-tiba salah satu atau sebagian anggotanya bergerak.
Dalam kitab Mu’jam al-Mufashshal fi a-Nahwi al-‘Araby, karya Dr. Azizah, al-harakah menurut arti bahasa adalah tahawwul, taghayyur, dan intiqal. Sementara menurut arti istilah dalam kitab tersebut diartikan gerakan suara untuk mengucapkan huruf yang didhommahkan, dikasrahkan, atau difathahkan. Begitu juga al-harakah dalam istilah khaththathin atau ilmu imla’ (ilmu tentang cara menulis Arab) digunakan untuk menghidupkan huruf suatu lafadz agar bisa dibaca dan memiliki arti.
Ketika suatu susunan lafadz diberi harakah (harakat: bahasa Indonesi), tujuannya agar bisa dibaca. Karena huruf dalam suatu lafadz bergantung pada harakah. Oleh sebab itu, harakah dalam ilmu imla’ dan nahwu sangat penting untuk menentukan bacaan dan tentu arti dari lafadz itu sendiri. Ketika harakahnya berubah, maka arti dan maksudnya juga bisa berubah. Maksud berubah di sini adalah dari dhammah, kasrah, ke fathah. Ketika tidak diberi harakah, baik secara tulisan atau bacaan, maka lafadz tersebut tidak memiliki arti. Karena huruf Arab semuanya berstatus huruf mati, selalu bergantung pada harakah.
Berpijak pada pengertian di atas, jika al-harakah diimplimentasikan pada konteks kehidupan, akan memiliki arti yang sangat luar biasa. Semisal arti dari tahawwul dan taghayyur. Kedua lafadz ini memiliki arti perubahan, bergerak untuk berubah. Intiqal memiliki arti perpindahan, bergerak untuk berpindah. Tentu, arti dari semua ini jika dikaitkan pada konteks kehidupan, berkonotasi pada hal yang positif. Dari yang buruk berubah atau berpindah pada yang baik. Dari yang baik berubah atau berpindah pada yang lebih baik. Bergerak bisa diberi arti lebih luas lagi, semisal untuk beranjak, beralih, dan bergeser. Semua arti dari harakah ini, merupakan bentuk dari suatu aktifitas.
Oleh sebab itu, sangat pantas dan benar-benar luar biasa ketika lafadz al-harakah bergandeng dengan barakah. Al-harakah berstatus mubtada’ dan barakah berstatus khabar. Meminjam ungkapan Pak Mario Teguh, super sekali. Barakah diartikan bertambahnya kebaikan, ziyadatul khair. Ungkapan barakah tidak asing lagi, sudah menjadi istilah kehidupan kita yang kehadirannya sangat diharapkan. Dari setiap apa yang dilakukan atau diusahakan, harapannya adalah keberkahan.
Yang dimaksud bertambah pasti tidak lepas dari bergerak. Langkah seseorang tidak akan bertambah jauh jika kakinya tidak bergerak. Burung-burung tidak akan bisa terbang bertambah tinggi jika tidak menggerakkan kedua sayapnya. Artinya, untuk mendapatkan tambahan kebaikan harus bergerak dan terus bergerak. Barakah atau keberkahan hanya dapat diwujudkan dengan bergerak, atau siapa saja yang terus bergerak pasti akan mendapatkan barakah atau keberkahan.
Al-harakah dalam konteks alam semesta
Dalam konteks kehidupan alam kita, bergerak merupakan suatu aktifitas alamiah yang harus terjadi secara terus-menerus dan tidak boleh berhenti. Semua komponen alam ini pasti bergerak. Bumi bergerak mengelilingi matahari. Matahari bergerak berputar di porosnya, dan semua komponen lainnya di alam semesta ini bergerak sebagai bentuk aktifitas masing-masing sesuai sunnatullah.
Andai saja matahari tidak bergerak naik dari pengharibaannya, manusia tidak akan pernah melihat keindahan dan merasakan kehangatan mentari pagi. Andai saja matahari hanya bergerak sampai tepat di atas kepala manausia dan tidak bergerak lagi, maka betapa menderitanya anak-anak manusia karena menahan terik matahari di siang hari, dan tidak akan pernah melihat betapa indahnya senja di sore hari. Andai saja matahari berhenti di ujung senja, maka bulan yang memancarkan cahaya terangnya di malam gelap gulita tidak akan pernah terlihat oleh mata anak manusia.
Ombak yang menggulung menabrak karang-karang di lautan dan menggulung-gulung hingga ke tepi pantai. Betapa indahnya pemandangan itu. Tentu, keindahan ombak tidak akan pernah tercipta jika air di lautan hanya diam seperti air-air yang menggenang saja. Ombak merupakan hasil dorongan kekuatan angin yang bertiup kencang dan kuat, sehingga air di lautan tergerak saling menghantam dan mengarah ke pinggir menjadi gulungan yang indah dipandang.
Begitu juga, jika hari tidak bergerak-berganti menjadi hari yang lain, maka betapa perihnya penderitaan yang dirasakan oleh seseorang yang merasakan di hari itu, dan betapa waktu terasa sangat lama bagi orang yang merasakan kerinduan dan mungkin tidak akan bertemu lagi karena hari yang ditentukan tidak akan datang, karena hari tidak bergerak-berganti lagi.
Maka, al-harakah atau bergerak dalam kehidupan kita sehari-sehari harus terus terjadi, sebagaimana yang terjadi pada alam semesta. Jika kita mampu memahami dan merasakan dari setiap gerakan komponen alam semesta, maka kita akan terus bergerak dengan cara melakukan serangkaian aktifitas.
(Gus Tama)