ASWAJADEWATA.COM |
Tepat pada Hari Rabu tanggal 20 Januari 2021, K.H. Afifuddin Muhajir akan dianugerahi gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) Bidang Fiqih dan Ushul Fiqih oleh UIN Wali Songo Semarang. Berkenaan dengan hal tersebut, saya teringat dengan perbincangan dengan Kiai Afif di Kantor Pusat Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Ada beberapa pertanyaan yang saya ajukan waktu itu. Berikut yang sempat saya tulis dari apa yang beliau telah paparkan. Perbincangan itu dilakukan sekitar tahun 2012.
Bagaimana sejarah berdirinya pesantren di Indonesia?
Pertama tama perlu dijelaskan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Tidak ada lembaga pendidikan Islam yang lebih tua dari pesantren. Pesantren pertama adalah pesantrennya Wali Songo atau tepatnya pesantrenya Sunan Ampel. Proses terbentuknya pesantren ini tidak sama dengan lembaga pendidikan yang lain. Karena pesantren ini adalah lahir bukan dilahirkan. Banyak orang tidak sengaja mendirikan pesantren dengan sendirinya menjadi pesantren.
Bagaimana perkembangan dari awal berdirinya sampai saat ini?
Em pendidikan pesantren yang asli itu adalah lembaga pendidikan yang tidak formal itu. Pendidikan yang diadakan di musola-musola, di masjid-masjid, di serambi-serambi pondok itu yang asli. Kalau kemudian di pesantren ada lembaga pendidikan klasikal seperti ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah itu adalah perkembangan.Oleh karena itu pendidikan yang tidak formal itu tidak boleh hilang dari pesantren. Kalau itu hilang berarti pesantren akan kehilangan jati dirinya yang asli.
Bagaimana peran pesantren terhadap negara?
Sering dikatakan bahwa pembangunan di indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya. pembangunan manusia seutuhnya yaitu pembangunan manusia dari segi material dan spritual. Peranan Pondok Pesantren yang lebih besar adalah pembangunan moral spritual. Meskipun dalam perkembangan selanjutnya juga ikut terlibat dalam pembangunan material dengan banyaknya lembaga pesantren yang mengadakan sekolah umum, kuliah-kuliah, perguruan tinggi umum kedokteran dan seterusnya.
Ada berapa jenis pesantren dipandang dari karakteristiknya?
Ada sebagian orang membagi pesantren kepada dua ada pesantren salaf dan modern. Yang sering di identikkan pesantren modern adalah Gontor, al Amin dan seterusnya. Menurut saya pembagian itu tak perlu, karena salaf dan modern bukan dua hal yang berlawanan. Kita sendiri disini bercita-cita menjadi pesantren yang salaf tapi modern. Yang salaf hatinya yang modern otaknya.
Kalau seperti Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah saat ini?
Ya namanya kan Salafiyah. Salafiyah itu kan hatinya. Artinya kita meinginkan melahirkan santri-santri yang ahlaknya, keilmuannya, ibadahnya, amaliyahnya takwanya sama dengan orang-orang salaf yaitu para sahabat, tabi’in dan tabiit-tabiin(kaum muslim yang hidup pada abad 1,2,dan 3 hijriah). Tetapi dalam soal-soal yang lain, bukan ha-hal yang prinsip seerti manajemen pendidikan, sistim pengelolaan, dan teknis operasional harus mengikuti perkembangan. Itu yang kita maksud dengan modern. Tetap menerima kehadiran tehnologi, komputer dan seterusya itu kan modern namanya.
Pesantren yang dikatakan ideal?
Pesantren ideal adalah pesantren yang bisa melahirkan manusia ideal. Manusia ideal adalah manusia manusia yang berkualitas dunia ahirat.
Apa saja hambatannya?
Ya banyak hambatan ada yang internal dan ada yang eksternal.hambatan eksternal akibat globalisasi tehnologi informasi dan sebagainya. Itu yang banyak mengubah pola pikir santri sekarang. Santri sekarang tidak sama dengan santri dulu sudah banyak kerasukan pikiran matrealis. Sejak dini sudah mikir masa depan. Tawakkalnya kepada Allah orag sekarang sudah sangat berkurang. Oleh karena itu lembaga pendidikan khususnya di luar orientasinya ijazah. Pesantren sedkitit banyak sudah terpengaruh. Itu kendala
Untuk mengatasinya?
Mengatasinya dengan menanamkan akidah yag kuat. Keimanan yang kuat menerapkan budaya tasawwuf ,ahlak tasawwuf dan seterusnya.
Untuk perkembangan Pesantren Salafiyah Syafi’iyah mulai dulu sampai saat ini?
Secara kuantitatif terus berkembang, dari jumlah santri sekian sekarng sudah lebih tujuh ribu. Tetapi dilihat dari segi kwalitas pendidikan mengalami pasang surut. Sekarang ini sukorejo berbeda ketika saya sekolah dulu, Ketika saya di MI, Tsanawiyah Aliyah santri Sukorejo dikenal keahliyannya dibidang nahwu dan shorrof. Oleh karena itu kalau santri-santri dulu musyawarah. Jangankan ditingkat Aliyah di tingkat Tsanawiyah yang dibawa tak cukup Ibnu Aqil, Ulaji Shabban, Usmuni dan seterusnya. Tapi sekarang Sukorejo lebih dikenal fiqihnya daripada nahwunya. Ya mungkin karena kehadiran Ma’had Aly
Bagimana tanggapan Kiai terhadap statemen KHR. Ach. Fawaid yang berdawuh” Kalau ada pesantren yang tidak bisa mengupayakan santrinya bisa baca alqur’an dengan baik, bisa baca kitab dengan baik dan berahlaqul karimah. Entah itu Salafiyah Syafi’iyah atau pesantren mana saja bubar saja pesantrenya?
Iya untuk apa pesantren kalau tidak bisa diharapkan . Bisa membuat santrinya bisa mengaji alqur’an, tidak bisa diharapkan membuat santrinya berahlak yang baik atau tidak bisa diharapkan ya mengerti kitab dalam tingkatan tertentu untuk apa. Ya betul itu apa yang disampaikan Kyai Fawaid.
Oleh: Muhammad Nur Taufiq Mu’thi