ASWAJADEWATA.COM- Dalam kehidupan manusia sangat banyak penyakit yang dapat mengganggu kesehatan dalam beraktivitas. Tidak ada satupun penyakit yang tidak berbahaya apalagi jika diiidap dalam jangka waktu yang lama. Namun dari semua penyakit fisik berbahaya seperti stroke, kanker, jantung, dan lainnya, hakikatnya jauh lebih berbahaya penyakit batin manusia. Salah satu di antaranya adalah riya’.
Riya’ adalah musuh abadi dari ikhlas. Melakukan perbuatan karena ingin dipuji adalah riya’. Berbuat kebaikan untuk pamer pada orang lain agar mengiranya orang baik juga riya’. Bahkan lebih berbahaya lagi adalah riya’ adalah apapun yang dilakukan tidak akan pernah ada unsur kejujuran dan ketulusan hingga menjadi tersiksa hanya karena ingin dianggap shalih.
Imam Ghazali pernah mengumpamakan orang yang riya’ sebagai orang yang malas ketika ia hanya berdua dengan rajanya. Namun ketika budak sang raja hadir, baru ia bekerja dan berbuat untuk mendapat pujian dari budak-budak tersebut. Begitu juga orang yang mempunyai penyakit riya’ dalam beribadah. Ketika hanya berdua dengan Allah SWT, ia akan malas dan cenderung enggan beribadah. Tetapi, ketika ada manusia yang tidak lebih dari hamba/budak Allah SWT, maka ia jadi rajin shalat, bershadqah, dan lain sebagainya hanya untuk mendapat pujian.
Sifat semacam itu merupakan penyakit hati yang bisa membelenggu seseorang dalam kehidupannya karena setiap saat selalu diburu oleh kebohongan yang ia buat sendiri. Ia akan merasa tersiksa oleh ketidakjujuran yang dibuat dan ibadah hanya bagian dari pencitraan diri yang baik. Padahal, yang sebenarnya, ia orang yang sama sekali tidak pernah memposisikan diri sebagai hamba Allah SWT.
Hal lain yang sangat berbahaya dari sifat riya’ adalah kecenderungan menyepelekan Allah SWT. Sebab, semua ibadah bukan untuk-Nya. Padahal, segala yang kita lakukan harus dengan tulus sebagai bentuk kelemahan kita kepada-Nya, sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak untuk mendapatkan pujian orang lain, karena ibadah hanya untuk Allah SWT.
Disunting dari buku “Rasulullah Tidak Pernah Sakit”
(Fajar)