ASWAJADEWATA.COM
Bersyukur pada hakikatnya merupakan konsekuensi logis bagi manusia kepada Allah, sebagai Tuhan yang telah menciptakan dan melimpahkan berbagai kenikmatan. Namun, kerap sekali makhluk-Nya terlupa bahkan melupakan-Nya.
Bersyukur bukan sekedar kewajiban, tapi menjadi kebutuhan bagi manusia sebagai bentuk tali pengikat atas nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah, terutama nikmat iman dan Islam. Iman adalah tanda sedangkan Islam itu isyarah. Dengan demikian, orang yang di dadanya berisi “la ilaha illallah muhammadur rasulullah”, maka pikiran, lisan dan perbuatannya akan memancarkan nilai-nilai tauhid. Bersyukur adalah salah satu nilai tauhid.
Namun, kita sebagai hamba kadang masih lalai dalam menysukuri apa sudah dianugerahkan oleh Allah. Pada umumnya ada tiga hal yang sering membuat kita tidak bersyukur:
Pertama kita sering memusatkan diri pada apa yang kita inginkan bukan pada apa yang kita miliki. Hal ini terjadi karena kita salah dalam melakukan penilaian. Kita sering mengukur suatu nikmat dari Allah dengan ukuran diri sendiri. Artinya jika keinginan dipenuhi, maka ia akan mudah bersyukur. Sebaliknya, jika belum dikabulkan, maka ia enggan untuk bersyukur.
Kedua, selalu melihat kepada orang lain yang diberikan lebih banyak nikmat, perilaku ini hanya menyuburkan rasa iri, hasud dan dengki kepada orang lain. Cobalah untuk melihat orang yang kurang beruntung, banyak di sekitar kita yang tak bisa menikmati indahnya pandangan dunia, bahkan ada yang tak bisa hanya untuk sekedar berjalan.
Tidak jarang kita merasa orang lain lebih beruntung, kemanapun kita pergi, selalu ada yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik dan lebih segalanyaaa dari kita. Rasulullah mengajarkan “Apabila seseorang diantara kamu melihat orang yang dilebihkan Allah dalam hal harta benda dan bentuk rupa, maka hendaklah ia melihat kepada orang-orang yang lebih rendah dari padanya”.
Ketiga, menganggap apa yang dimilki adalah hasil usaha sendiri, perilaku ini menumbuhkan sifat kikir, sombong dan melupakan Allah sebagai pemberi nikmat tersebut. Padahal tidak ada satu nikmat pun yang datang dengan sendirinya, melainkan Allah yang telah mengatur semuanya.
Kini mumpung Allah masih memberikan waktu, satu-satunya cara yang harus kita lakukan adalah mensyukuri semua nikmatnya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bukankah Sang Maha Pencipta telah berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ [إبراهيم/7]
“Bersyukurlah kepadaku maka Aku akan tambahkan nikmat-ku dan janganlah kufur (congkak/sombong) karena siksaku teramat pedih.”
(Gus Tama)